Gandeng IMH, Selecta Zero Waste Dirikan TPS 3R, Sampah Jadi Bernilai

Batu, harianjatim.net – Memaksimalkan upaya penanganan dan pengolahan sampah Wisata Selecta Zero Waste gandeng Indonesia Menuju Hijau (IMH) Jatim mendirikan tempat pembuangan sampah (TPS) 3R (reduce, reuse, recyle). TPS 3R yang terletak di kawasan wisata Selecta itu menerapkan pengelolahan sampah berdasarkan sistem manajemen sehat, pembinaan serta mengacu sistem 3R.
Ketua IMH Jatim, Ermansyah mengungkapkan metode pengelolahan sampah yang diterapkan, sampah ditangani secara cepat, organik maupun anorganik. Sampah yang dihasilkan pengunjung wisata akan dipilah oraganik maupun anorganik kemudian diolah.
“ Pengolahan menggunakan alat sederhana. Prinsipnya ditangani secara cepat dan tepat. Tidak dibiarkan menumpuk. Nanti menimbulkan persoalan fatal,” ujarnya saat sosialisasi edukasi kepedulian lingkungan dan pengolahan sampah ke rombongan SMAN 16 Surabaya saat berkunjung ke Wisata Selecta Zero Waste, Kamis (20/2/2025).
Dari proses pengolahan sampah itu lanjut Ermansyah, sampah organik sisa sayur dan buah akan menghasilkan pupuk cair, pupuk organik serta manggot. Sementara sampah anorganik seperti botol plastik, kaca, kresek akan dikumpulkan kemudian diolah.
“ Dibutuhkan komitmen dan kepedulian merubah kebiasaan agar kita terbiasa dalam menjaga dan menciptakan lingkungan bersih, sehat dan indah,” tandasnya.
Ia menjelaskan proses penanganan sampah yang terapkan dimulai dari pemilahan sejak dari sumbernya. Penggunaan sumber daya secara efektif diawali dari pewadaan, pengumpulan, pengangkutan serta pengolahan. Kemudian dipisahkan jadi tiga kelompok, sampah organik, anorganik serta B3 (Bahan Berbahaya Beracun).
“ Semua jenis sampah terselesaikan di hilir, tidak perlu lagi dibuang ke tempat pembuangan akhir (TPA),” jelasnya.
Prodak yang dihasilkan dari proses pengolahan sampah antara lain pupuk organik, pupuk cair, manggot serta barang nilai kreatif dan ekonomi. Pupuk organik berbahan sampah organik diuraikan secara alami karena berbahan sisa-sisa makanan seperti nasi, sayuran, daun kering serta ikan bisa digunakan untuk memupuk tanaman.
Begitu juga dengan dengan pupuk cair. Prosesnya melalui fermentasi sehingga menghasilkan larutan hasil pembusukan dari sisa tanaman maupun kotoran hewan. Pupuk ini bisa digunakan penyuburan tanaman.
Pengaplikasian pupuk organik pada tanaman, pupuk padat bisa diaduk dengan tanah atau diberikan diatasnya seminggu dua kali. Sedangkan pupuk cair dapat disiramkan ke daun dan batang.
“ Prodak yang dihasilkan berbahan sampah organik sudah kita pakai. Sementara masih dilingkup internal (Selecta red),” lanjut pria pegiat lingkungan ini.
Sementara sampah non organik sulit diuraikan secara alami sehingga membutuhkan waktu yang lama sekitar ratusan tahun. Bahkan sampah ini bisa tidak bisa terurai sama sekali, tetapi bisa didaur ulang kembali menjadi bernilai. Contohnya plastic, besi serta kaca.
“ Penanganan sampah non organik kita daur ulang kembali. Menjadi barang bernilai ekonomi. Sebagai tambahan penghasilan di masyarakat,” tambahnya.
Sampah non organik juga bisa diolah jadi barang nilai kreatif. Sampah ini berbentuk padat namun ada juga meterial organik yang masuk dalam kategori sampah residu. Contohnya popok bekas, pembalut, plastik multiyears, tusuk sate, kayu serta ranting. Bahan sampah ini bisa menghasilkan briket, plakat, pot, paving serta ecobrick.
“ Semoga konsep yang kita terapkan dalam penanganan dan pengolahan sampah bisa bermanfaat bagi masyarakat dan keberlanjutan terciptanya lingkungan yang bersih, sehat dan indah,” pungkasnya. (dik)